Bertanya dalam proses belajar
mengajar merupakan salah satu keterampilan operasional yang harus dimiliki
guru, mengingat sebagian besar proses belajar mengajar di kelas dipergunakan
guru untuk mengajukan pertanyaan.
Beberapa alasan mengapa keterampilan
bertanya sangat penting dikembangkan oleh setiap guru, antara lain: 1) Guru pada umumnya sering menggunakan metode ceramah dalam
mengajar sehingga murid menjadi pasif; 2) Untuk mengatasi kendala latar
belakang budaya yang membuat murid tidak terbiasa mengajukan pertanyaan; 3) untuk
meningkatkan kemampuan murid dalam mengemukakan gagasan (Haryanto, 2011)
Bertanya
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa dalan pembelajaran IPA. Bagi siswa sendiri kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui,
dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Oleh karena itu
dipandang perlu untuk membahas suatu teknik atau stragegi bertanya dalam
pembelajaran IPA.
A.
Pentingnya Bertanya dalam Pembelajaran IPA
Sekolah
Dasar ataupun Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, bidang studi IPA mempunyai
tujuan agar siswa diharapkan memahami konsep-konsep IPA dan saling
keterkaitannya, mampu menerapkan metode ilmiah, dan mampu bersikap ilmiah dalam
memecahkan masalah dengan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Pencipta. Dedi
purwanto (2008) mengemukakan beberapa tujuan mata pelajaran IPA yang diharapkan
pada peserta didik sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Pencipta berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan
alam ciptaan-Nya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, dan 4)
Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan. Sedangkan
menurut Roth & Roychoudhury (1993) tugas penting dalam pendidikan sains
adalah membantu mengembangkan ketrampilan berpikir IPA
Aktivitas
verbal adalah salah satu aktivitas kelas yang paling sering ditemui dalam
proses pembelajaran. Kegiatan ini digunakan dengan tujuan memperlancar kegiatan
pembelajaran. Metode tanya jawab banyak digunakan dalamproses pembelajaran di
sekolah. Kegiatan tanya jawab dalam pembelajaran IPA digunakan untuk mengetahui
atau mengecek pemahaman peserta didik mengenai suatu konsep dan merangsang
peserta didik untuk berfikir kritis serta memperoleh umpan balik. Melalui
penerapan metode tanya jawab, baik guru guru maupun peserta didik sama sama
aktif, namun perlu diperhatikan dengan baik agar pemanfaatan metode tanya jawab
dalam pembelajaran IPA lebih bermakna (Nurhayati, 2011). Lebih jauh beliau
mengungkapkan bahwa keterampilan mengajukan pertanyaan yang cocok untuk situasi
tertentu perlu disertai persiapan yang memadai, sehingga penerapan metode tanya
jawab dalam pembelajaran tidak memperlihatkan usaha coba-coba. Guru perlu
mempelajari bagaimana mengajukan pertanyaan tertentu pada situasi tertentu dan
bagaimana mengarahkan jawaban perseta didik atau mengarahkan tingkah laku.
Proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Peranan guru dalam memfasilitasi siswa untuk mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar dilandasi oleh pemberdayaan siswa dalam
membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan membangun pengetahuannya sendiri
(Supriyadi, 2009). Dari penggambaran tersebut dapat ditekankan bahwa sasaran
pembelajaran IPA tidak hanya sekedar dikuasinya pengetahuan IPA oleh siswa,
tetapi melalui pembelajaran IPA siswa juga dituntut dapat mengembangkan
kemampuan mereka yang meliputi kemampuan bernalar/berpikir rasional,
kertampilan proses sains, kemampuan dasar-dasar teknologi, wawasan lingkungan,
serta sikap dan nilai. Oleh sebab itu bertanya dipandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa untuk
mengembangkan potensi-potensi yang diharapkan pada peserta didik.
P.E. Bloser (1973), mengemukakan jika salah satu produk akhir dari pengetahuan
ilmiah seperti yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan adalah pengembangan
individu yang berpikir kritis (menilai dan menganalisa sumber informasi), mampu
membedakan antara observasi dan inferensi serta antara sebab dan akibat, maka
guru sains harus menggunakan teknik mengajar dan strategi yang membantu dalam
proses ini.
B.
Teknik
/ Stategi Guru dalam Menyusun Pertanyaan yang Baik
Guru
sebagai tenaga pendidik dan pengajar perlu memperhatikan beberapa contoh
penyusunan pertanyaan yang baik. De Bono (dalam Dedi purwanto, 2008) kriteria penyusunan pertanyaan yang baik
adalah sebagai berikut :
1.
Bahasanya langsung dan sederhana.
Pertanyaan yang diajukan kepada siswa itu harus diusahakan agar bahasanya
langsung dan sederhana. Pertanyaan itu harus dapat memusatkan perhatian siswa
pada inti atau materi pertanyaan.
2.
Maknanya pasti dan jelas. Agar tidak
mengacaukan pikiran siswa, maka makna pertanyaan yang diajukan kepada mereka
harus pasti dan jelas. Bila sebuah pertanyaan dapat menimbulkan berbagai macam
interpretasi, maka bisa menyebabkan siswa enggan menanggapi.
3.
Urutan logik. Pertanyaan itu seyogyanya
dapat menyebabkan seseorang berlatih berfikir dengan urutan yang logik.
4.
Pertanyaan harus sesuai dengan kemampuan
kelas. Pertanyaan yang kita ajukan kepada siswa dalam suatu kelas harus sesuai
dengan tingkat kemampuan kelas itu. Pada waktu guru merencanakan serangkaian
pertanyaan untuk diajukan kepada siswa, maka ia harus benar-benar berusaha agar
pertanyaannya cocok dengan tingkat kemampuan kelas tersebut. Dengan demikian
mengajukan pertanyaan yang telah disesuaikan dengan audiens pada umunya dan
siswa pada khususnya, maka komunikasi dapat di tingkatkan.
5.
Pertanyaan yang merangsang usaha.
Pertanyaan itu hendaknya dapat membangkitkan usaha siswa. Sementara guru
menyusun kerangka pertanyaan agar cocok dengan tingkat kemampuan kelas, ia juga
berusaha pula menyiapkan pertanyaan yang cukup sulit untuk membangkitkan usaha
siswa. Tetapi harus dijaga agar soal itu tidak terlalu sulit.
6.
Memikat minat siswa. Guru harus berusaha
agar pertanyaan yang disusunnya dapat memikat siswa selama pelajaran
berlangsung. Pada waktu mengajukan pertanyaan, guru tidak hanya berpusat pada
satu orang saja tetapi, giliran harus diberikan secara bergantian anatara siswa
yang mengajukan diri secara sukarela dengan yang tidak. Hal ini akan mendorong
siswa untuk menaruh perhatian.
Kegiatan
belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang di dalamnya guru diharuskan
mempengaruhi kemampuan intelektual siswa agar dapat berfungsi secara optimal. Menurut
Jelly (dalam Dedi Purwanto, 2008) Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
oleh guru untuk mendorong siswa bertanya:
1.
Usahakan anak mempunyai kontak langsung
dengan bermacam-macam bahan, baik itu disediakan oleh guru maupun yang dibawa
sendiri oleh siswa.
2.
Tingkatkan kemampuan bertanya guru
sehingga dapat menjadi contoh bagi anak-anak.
3.
Ciptakan suasana yang mendorong anak
untuk melakukan percobaan/pengamatan.
4.
Dorong anak untuk merumuskan pertanyaan
dan mendiskusikan pertanyaan mereka.
5.
Berikan respon yang positif terhadap
pertanyaan anak.
6.
Rumuskan kembali pertanyaan anak yang
kurang produktif menjadi pertanyaan produktif, sehingga mendorong anak untuk
melakukan percobaan/pengamatan.
C. Penerapan Teknik Bertanya dalam
Pembelajaran IPA
Menurut
Nana sumarna (2010), terdapat tiga aspek
penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengkontruksi dan mengimplementasikan pertanyaan
yang efektif yaitu : a) bentuk, b) waktu;
dan c) isi. Ketiga aspek tersebut
dikonstruksi dan berkompigurasi secara efektif dalam pembelajaran.
Bentuk dan waktu pertanyaan dalam implementasinya lebih dikenal dengan istilah
teknik bertanya yang meliputi empat teknik yaitu :
1.
Teknik
jeda/ waktu tunggu
Waktu
yang dibutuhkan sebelum menjawab pertanyaan tersebut dinamakan waktu tunggu (pausing).
Carin dan Sund (1978) mendefinisikan waktu tunggu sebagai waktu yang dihitung
sejak guru selesai mengajukan pertanyaan sampai menunjuk atau memberi
kesempatan kepada murid untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
2.
Teknik
pengarahan ulang;
Dalam
pengarahan ulang guru mengarahkan satu pertanyaan pada be-berapa murid, dengan
tujuan agar lebih banyak murid terlibat dalam proses ber-pikir. Selanjutnya
guru memfokuskan pada seorang siswa secara merata. Misalnya guru bertanya,
"Coba jelaskan apa saja keuntungan pemasangan rangkai listrik secara
paralel di rumah?"
3.
Teknik
membimbing/ teknik probing
Penggunaan teknik probing/beberapa
pertanyaan berseri yang terprogram, saling berhubungan dan berkesinambungan
agar konpetensi siswa dapat tercapai. Pengertian probing dalam pembelajaran di
kelas didefinisikan sebagai suatu teknik membimbing dengan mengajukan satu seri
pertanyaan pada seorang siswa. Wijaya (dalam Supriyadi, 2009) menjelaskan teknik
probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri
pertanyaan untuk membimbing pebelajar/siswa menggunakan pengetahuan yang telah
ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga
terbentuk pengetahuan baru.
Dengan teknik bertanya membimbing,
guru mengajukan satu seri pertanyaan pada seorang murid dengan tujuan untuk
meningkatkan respon pertama murid itu menuju ke jawaban benar atau lebih luas.
Contoh pertanyaan membimbing:
Guru
: "Anak-anak, perhatikanlah gelas berisi es di hadapan kalian.
Periksalah bagian luarnya, apakah bagian luar gelas, basah?"
Siswa : "Basah, Pak!"
Guru : "Dari mana asalnya air yang
menempel tersebut?"
Siswa : "Dari dalam gelas?"
Guru
:
" Jika air yang menempel pada dinding luar gelas berasal dari dalam gelas,
sekarang Bapak akan tambahkan gula. Bagaimana rasa air yang menempel pada
bagian luar gelas tersebut?"
Siswa :
"Manis, pak!!"
Guru : "Coba kalian rasakan!,
benarkah manis?"
Siswa :
"Tidak, Pak!"
Guru : "Kalau begitu, apakah
air berasal dari dalam gelas?"
Siswa : "Bukan, Pak!"
Guru :
"Dari mana? (siswa tidak ada yang menjawab). Baiklah, apakah kalian masih
ingat di udara ini terdapat gas atau uap apa saja?" (Siswa diarahkan agar
akhirnya menjawab: ada uap air)
Guru : "Apakah uap air itu
dapat berubah menjadi air? Dengan cara apa?
Siswa :
"Dapat, Pak! Dengan cara didinginkan
Demikian seterusnya guru mengajukan
pertanyaan yang harus disusun oleh pembaca, hingga akhirnya siswa mengetahui
bahwa air pada dinding luar gelas berasal dari pengembunan uap air karena
didinginkan oleh es yang ada di dalamnya
4. Teknik pelacakan.
Teknik melacak adalah sejumlah seri
pertanyaan yang dimaksudkan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan murid
terhadap suatu permasalahan. Pertanyaan melacak diberikan jika jawaban yang
diberikan peserta didik masih kurang tepat. Menurut Kusuma wardani (2007) sedikitnya
ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu klarifikasi, meminta peserta didik
memberi alasan, meminta kesepakatan pandangan, meminta ketepatan jawaban,
meminta jawaban yang lebih relevan, meminta contoh, dan meminta jawaban yang
lebih kompleks. Ketujuh hal tersebut dijelaskan berikut ini:
a. Klarifikasi Jika jawaban yang
diajukan peserta didik belum begitu jelas, maka guru dapat melacak jawaban
peserta didik dengan pertanyaan lanjutan atau pertanyaan lacakan agar peserta
didik tersebut mengungkapkan kembali dengan kalimat lain.
Misalnya :
Ø Apakah kamu dapat mengungkapkan kembali
dengan kalimat lain ?
Ø Apakah kamu dapat mengungkapkannya dengan
kalimat yang singkat?
b.
Meminta
peserta didik memberikan alasan. Pertanyaan ini diajukan guru untuk meminta
peserta didik memberikan alasan terhadap jawaban yang diajukannya. Hal ini
dimaksudkan untuk mendukung jawaban yang telah dikemukakannya.
Misalnya :
Ø Apakah kamu dapat memberikan alasan yang
menunjang jawaban tersebut?
Ø Apakah kamu dapat memberikan contoh
yang menunjang jawaban tersebut?
Ø Apakah kamu dapat mengajukan bukti
yang mendukung jawaban tersebut?
c.
Meminta
kesepakatan jawaban. Pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik lain untuk
memperoleh kesepakatan bersama tentang jawaban yang telah diajukan.
Misalnya :
Ø Apakah kalian setuju dengan jawaban
Diana ?
Ø Siapa yang memiliki pendapat lain ?
Ø Siapa yang tidak seruju dengan
jawaban tadi ?
d.
Meminta
ketepatan jawaban. Apabila jawaban yang diajukan peserta didik belum mencapai
sasaran yang diharapkan, maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjut untuk
memperoleh jawaban yang lebih tepat.
Misalnya
:
G :
Siapakah yang memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia ?
P : Soekarno dan Hatta
G : Apakah atas namanya sendiri ?
P : Tidak, tetapi atas nama bangsa
Indonesia, dan seterusnya.
e.
Meminta
jawaban yang lebih relevan. Jika jawaban yang diajukan oleh peserta didik
kurang relevan dengan materi standar, maka guru dapat mengajukan pertanyaan
lanjutan memperoleh jawaban yang lebih relevan.
Misalnya :
G : (Guru baru saja menerangkan
masalah banjir yang melanda beberapa wilayah, lalu ia mengajukan pertanyaan
kepada peserta didk). Apakah yang menyebabkan terjadinya banjir ?
P
: Penjualan kayu kepada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
G : Bagaimana hubungan jawabanmu itu
dengan banjir yang telah kita bahas tadi? dan seterusnya .
f.
Meminta
contoh. Jika pertanyaan yang diajukan peserta didik belum jelas maksudnya, maka
guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk meminta contoh atau ilustrasi
atas jawaban yang diajukannya.
Misalnya :
G : Apakah
kamu dapat memberikan contohnya?
Apakah ada peristiwa yang mendukung jawabanmu itu ? dll.
g.
Meminta
jawaban yang lebih kompleks. Jika pertanyaan yang diajukan peserta didik masih
sederhana, maka guru dapat memberikan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh
jawaban yang lebih luas.
Misalnya :
Ø Apakah kamu dapat memberikan jawaban
yang lebih luas lagi ?
Ø Apakah kamu dapat melengkapi
jawabanmu itu ?
DAFTAR
PUSTAKA
Dedi Purwanto. 2008. Pemanfaatan
Pemodelan Pertanyaan Oleh Guru Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam
Mengajukan Pertanyaan Produktif Untuk Mendukung Pembelajaran Ipa Berbasis
Inkuiri. http://dedipurwanto.blogspot.com/
Haryanto. 2011. Keterampilan Bertanya dalam
Pembelajaran IPA http://pakteha.blogspot.com/search/label/BERANDA
Kusuma Wardani.
2007. Keterampilan bertanya. http://www.academia.edu/Documents/in/Keterampilan_Bertanya
0 komentar:
Posting Komentar